Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks, kantong kecil di usus besar bagian kanan bawah. Meski fungsinya tidak jelas, peradangannya bisa menyebabkan nyeri hebat dan komplikasi serius seperti peritonitis jika tidak segera ditangani.
Epidemiologi
Apendisitis dapat ditemukan pada semua kelompok usia, namun sangat jarang dilaporkan pada usia di bawah 1 tahun. Insidens tertinggi terjadi pada kelompok usia 20-30 tahun. Insidens antara laki-laki dan perempuan sebanding, namun pada kelompok usia 20-30 tahun, apendisitis lebih sering ditemukan pada laki-laki.
Etiologi
Penyebab utama apendisitis akut adalah infeksi bakteri, termasuk Bacteroides fragilis, bakteri anaerob gram negatif, dan Escherichia coli, bakteri gram negatif yang bersifat fakultatif anaerob. Selain itu, beberapa bakteri lain yang dapat menyebabkan apendisitis adalah Peptostreptococcus, Pseudomonas, Klebsiella, Clostridium, Lactobacillus, dan B. splanchnicus.
Selain infeksi bakteri, beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan apendisitis meliputi erosi mukosa apendiks, keberadaan fekalit (kerikil tinja), benda asing yang tertelan, dan diet rendah serat.
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya apendisitis akut. Berikut adalah faktor-faktor predisposisi yang sering dikaitkan:
- Sumbatan Lumen Apendiks
Penyumbatan pada lumen apendiks merupakan penyebab utama apendisitis. Hal ini dapat terjadi akibat fekalit, benda asing, atau penyebab lain yang menghalangi aliran normal di dalam apendiks. - Asupan Serat yang Rendah
Pola makan rendah serat dapat menyebabkan tinja menjadi lebih keras, sehingga meningkatkan risiko pembentukan fekalit yang dapat menyumbat lumen apendiks. - Hiperplasia Jaringan Limfoid
Pembesaran jaringan limfoid di sekitar apendiks, seringkali akibat infeksi atau inflamasi, dapat menyumbat lumen apendiks. - Tumor Apendiks
Adanya tumor, baik jinak maupun ganas, dapat menyebabkan penyumbatan atau peradangan di area apendiks. - Infestasi Cacing Ascaris
Infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dapat menyebabkan obstruksi pada lumen apendiks, yang memicu terjadinya inflamasi.
Faktor-faktor ini dapat bekerja secara individual atau bersamaan, mempercepat perkembangan apendisitis akut. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga pola makan sehat dan meminimalkan risiko infeksi atau infestasi parasit.
Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis Akut
Apendisitis akut berkembang melalui beberapa tahap, yang ditentukan oleh tingkat keparahan inflamasi dan komplikasi yang mungkin terjadi. Berikut adalah penjelasan masing-masing tahap:
1. Apendisitis Akut Sederhana (Cataral Appendicitis)
Pada tahap awal, peradangan terjadi di mukosa dan submukosa akibat obstruksi lumen.
- Proses:
- Sekresi mukosa menumpuk di dalam lumen apendiks, menyebabkan peningkatan tekanan.
- Tekanan ini mengganggu aliran limfe, menyebabkan mukosa menebal, edema, dan kemerahan.
- Gejala:
- Nyeri di area umbilikus.
- Mual, muntah, anoreksia, malaise.
- Demam ringan.
2. Apendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Jika tekanan dalam lumen terus meningkat, aliran vena pada dinding apendiks terbendung, menyebabkan trombosis.
- Proses:
- Edema dan iskemia bertambah berat, memungkinkan mikroorganisme usus besar menginvasi dinding apendiks.
- Infeksi ini menyebabkan peradangan serosa dengan eksudat dan fibrin, membuat serosa terlihat suram.
- Gejala:
- Nyeri tekan dan nyeri lepas di titik McBurney.
- Defans muskuler dan nyeri pada gerakan aktif atau pasif.
- Pada kasus lanjut, nyeri dan defans muskuler meluas ke seluruh perut, disertai tanda-tanda peritonitis umum.
3. Apendisitis Akut Gangrenosa
Pada tahap ini, tekanan tinggi dalam lumen mengganggu aliran darah arteri, menyebabkan infark dan gangren.
- Proses:
- Dinding apendiks mengalami gangren sebagian, berwarna ungu, hijau keabuan, atau merah kehitaman.
- Mikroperforasi terjadi, menghasilkan cairan peritoneal yang purulen.
- Gejala:
- Tanda-tanda supuratif (infeksi bernanah) tetap terlihat.
- Adanya cairan purulen di rongga peritoneal meningkatkan risiko peritonitis berat.
Penanganan medis segera pada setiap tahap apendisitis sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti perforasi dan peritonitis. Diagnosis dini berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik dapat meningkatkan hasil pengobatan.
Manifestasi Klinis
Gejala
Pasien dengan apendisitis akut umumnya mengalami gejala awal yang ringan namun memburuk seiring waktu. Gejala yang sering dilaporkan meliputi:
- Nyeri Samar dan Tumpul
- Rasa nyeri awalnya samar dan terasa di daerah epigastrium atau di sekitar umbilikus.
- Mual dan Muntah
- Gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah sering menyertai.
- Nafsu Makan Berkurang
- Hilangnya nafsu makan (anoreksia) merupakan salah satu tanda awal.
- Nyeri Pindah ke Titik McBurney
- Dalam beberapa jam, nyeri biasanya berpindah ke kuadran kanan bawah abdomen, tepatnya di titik McBurney.
- Konstipasi
- Beberapa pasien juga mengalami kesulitan buang air besar.
Tanda
Pada pemeriksaan fisik, terdapat tanda-tanda khas yang membantu mengidentifikasi apendisitis:
- Demam
- Suhu tubuh pasien meningkat, meskipun biasanya hanya sedikit pada tahap awal.
- Kembung
- Abdomen dapat terlihat kembung akibat gangguan pergerakan usus.
- Tanda McBurney (McBurney Sign)
- Nyeri tekan yang khas di titik McBurney, yaitu sepertiga jarak antara pusar dan tulang panggul kanan.
- Tanda Obturator (Obturator Sign)
- Nyeri saat dilakukan fleksi dan rotasi internal paha kanan, menunjukkan iritasi otot obturator.
- Tanda Rovsing (Rovsing Sign)
- Nyeri di kuadran kanan bawah saat tekanan diberikan pada kuadran kiri bawah, akibat perpindahan gas di usus besar.
- Tanda Psoas (Psoas Sign)
- Nyeri yang dirasakan saat pasien mengangkat paha kanan melawan tahanan, menunjukkan iritasi otot psoas.
Lokasi Nyeri
Palpasi pada titik McBurney, yang terletak di sepertiga jarak antara pusar dan tulang panggul kanan, dapat membantu mengidentifikasi apendisitis akut. Berikut adalah tanda-tanda yang dapat ditemukan selama palpasi:
- Nyeri Tekan
- Nyeri Lepas
- Defans Muskular Lokal
- Defans Muskular
Pemeriksaan ini sangat penting dalam evaluasi awal pasien dengan nyeri perut kanan bawah. Hasil positif dari tanda-tanda ini sering kali menjadi dasar untuk evaluasi lebih lanjut dan penanganan segera.
Rovsing sign adalah tanda klinis yang sering digunakan untuk membantu diagnosis apendisitis akut.
Cara Pemeriksaan
- Tekan perlahan perut di kuadran kiri bawah.
- Jika pasien merasakan nyeri di kuadran kanan bawah saat tekanan dilakukan di perut kiri bawah, maka Rovsing sign dinyatakan positif.
Makna Klinis
Nyeri ini terjadi karena perpindahan gas atau isi usus di kolon yang menyebabkan peningkatan tekanan pada apendiks yang meradang. Positifnya Rovsing sign mengindikasikan adanya iritasi atau inflamasi pada peritoneum di sekitar apendiks.
Pemeriksaan ini, bersama tanda-tanda lain seperti McBurney sign, merupakan bagian dari evaluasi fisik yang membantu dokter menegakkan diagnosis apendisitis.
Obturator sign adalah tanda klinis yang digunakan untuk mendeteksi iritasi pada otot obturator, yang dapat terjadi akibat proses inflamasi di sekitar apendiks.
Cara Pemeriksaan
- Pasien berbaring telentang.
- Dokter memfleksikan (menekuk) sendi panggul dan lutut pasien pada sisi kanan hingga sudut 90 derajat.
- Kemudian, dokter melakukan rotasi internal (endorotasi) paha kanan pasien.
Makna Klinis
- Nyeri yang muncul saat manuver ini dilakukan menunjukkan iritasi otot obturator.
- Positifnya Obturator sign biasanya terkait dengan apendisitis yang terletak di posisi pelvis, di mana apendiks meradang menyentuh otot obturator.
Pemeriksaan ini menjadi salah satu komponen penting dalam evaluasi fisik untuk memastikan diagnosis apendisitis, terutama pada kasus dengan posisi apendiks yang tidak biasa.
Psoas sign adalah tanda klinis yang digunakan untuk mendeteksi iritasi pada otot psoas akibat inflamasi, seperti pada apendisitis akut.
Cara Pemeriksaan
- Hiperekstensi:
- Pasien berbaring telentang.
- Pemeriksa menahan paha kanan pasien, kemudian meminta pasien untuk melakukan hiperekstensi (meregangkan kaki lurus ke belakang).
- Fleksi Aktif:
- Pasien berbaring telentang.
- Pemeriksa menahan paha kanan pasien, lalu meminta pasien untuk melakukan fleksi aktif (mengangkat paha kanan melawan tahanan pemeriksa).
Makna Klinis
- Nyeri yang timbul selama manuver menunjukkan adanya iritasi pada otot psoas.
- Positifnya Psoas sign sering ditemukan pada apendisitis dengan posisi retrosekal (di belakang sekum), di mana apendiks yang meradang menekan atau berdekatan dengan otot psoas.
Psoas sign adalah salah satu tanda tambahan yang membantu diagnosis apendisitis, terutama pada kasus dengan lokasi apendiks yang tidak biasa.
Rectal touche (pemeriksaan rektal) adalah prosedur diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda inflamasi pada apendisitis, terutama jika apendiks berada di posisi pelvis.
Cara Pemeriksaan
- Pemeriksa memasukkan jari ke dalam rektum pasien.
- Tekanan lembut dilakukan pada dinding rektum untuk mengevaluasi nyeri atau massa di sekitar area panggul.
Temuan Klinis
- Nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah, khususnya pada posisi jam 9–12, dapat menunjukkan iritasi atau inflamasi apendiks.
Makna Klinis
- Pemeriksaan ini bermanfaat pada kasus apendisitis dengan posisi apendiks yang lebih rendah atau terletak di dalam rongga pelvis.
- Positifnya nyeri pada pemeriksaan ini mengindikasikan adanya peradangan di dekat area rektum atau panggul.
Rectal touche biasanya dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan, terutama jika tanda-tanda klinis lain tidak memberikan gambaran yang jelas.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang digunakan untuk memastikan diagnosis apendisitis, terutama pada kasus yang tidak jelas secara klinis. Berikut adalah pemeriksaan yang umum dilakukan:
1. Laboratorium
- Leukositosis:
- Peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih) sering ditemukan pada apendisitis akut.
- Leukositosis mencerminkan adanya proses inflamasi atau infeksi.
2. Penunjang Lain
- Appendicogram (Foto Barium Usus Buntu):
- Pemeriksaan radiografi dengan barium untuk melihat keberadaan apendiks dan perubahan bentuknya.
- Jarang digunakan saat ini karena metode lain lebih praktis dan akurat.
- USG (Ultrasonografi):
- Metode non-invasif yang dapat menunjukkan pembesaran apendiks atau cairan bebas di sekitar apendiks.
- Sangat berguna pada anak-anak dan wanita hamil karena tidak menggunakan radiasi.
- CT Scan (Computed Tomography):
- Merupakan standar emas untuk diagnosis apendisitis akut.
- Dapat memberikan gambaran yang sangat detail tentang pembesaran apendiks, adanya abses, atau perforasi.
- Digunakan pada kasus dengan diagnosis yang sulit ditegakkan secara klinis.
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan kebutuhan klinis dan kondisi pasien untuk memastikan diagnosis dan menentukan langkah penanganan terbaik.
Alvarado Score
Interpretasi
Sistem penilaian atau scoring digunakan untuk membantu dalam menilai kemungkinan diagnosis apendisitis akut berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Berikut adalah interpretasi berdasarkan skor yang diperoleh:
- Skor 1-4:
- Tidak dipertimbangkan mengalami apendisitis akut.
- Pada skor ini, kemungkinan besar pasien tidak menderita apendisitis akut, sehingga diagnosis apendisitis perlu dipertimbangkan ulang atau dicari penyebab lain untuk gejalanya.
- Skor 5-6:
- Dipertimbangkan kemungkinan diagnosis apendisitis akut, tetapi tidak membutuhkan operasi segera atau perlu dinilai ulang.
- Pada skor ini, apendisitis akut mungkin masih menjadi pertimbangan, namun kondisi pasien tidak mendesak untuk segera dilakukan tindakan bedah. Pengawasan lebih lanjut atau pemeriksaan tambahan bisa diperlukan.
- Skor 7-8:
- Dipertimbangkan diagnosis apendisitis akut.
- Skor ini menunjukkan kemungkinan besar pasien mengalami apendisitis akut. Diagnosis ini harus dipertimbangkan lebih lanjut dan mungkin memerlukan penanganan segera.
- Skor 9-10:
- Hampir definitif mengalami diagnosis apendisitis akut dan membutuhkan tindakan bedah.
- Pada skor ini, diagnosis apendisitis akut hampir pasti, dan tindakan bedah, seperti apendektomi, harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti perforasi atau peritonitis.
Penilaian skor ini dapat membantu dokter dalam membuat keputusan klinis yang tepat terkait penanganan apendisitis akut, termasuk apakah perlu dilakukan tindakan bedah segera.
Diagnosis Banding
Beberapa kondisi medis dapat memiliki gejala yang mirip dengan apendisitis akut, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membedakannya. Berikut adalah beberapa diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan:
- Gastroenteritis
- Demam Dengue
- Kelainan Ovulasi
- Infeksi Panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
- Kehamilan Ektopik
- Kista Ovarium Terpuntir
- Endometriosis Ovarium Eksterna
- Urolitiasis (Batu Ginjal)
- Divertikulitis Meckel
- Perforasi Tukak Duodenum
- Kolesistitis Akut
- Pankreatitis
- Perforasi Kolon
- Karsinoid
- Mucocele Apendiks
Diagnosis banding ini membantu dokter dalam menentukan penyebab pasti nyeri perut dan kondisi yang memerlukan pengobatan spesifik. Pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pencitraan dapat membantu membedakan apendisitis akut dari kondisi lain yang memiliki gejala serupa.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendisitis akut melibatkan tindakan bedah dan pengobatan untuk mencegah komplikasi infeksi pasca bedah, serta pencegahan jangka panjang untuk mengurangi risiko kekambuhan. Berikut adalah langkah-langkah penatalaksanaan yang umum dilakukan:
1. Open Appendectomy (Apendektomi Terbuka):
Prosedur bedah untuk mengangkat apendiks yang meradang dengan dua jenis insisi utama:
- Gridiron Insisi:
- Insisi melengkung yang dilakukan di kuadran kanan bawah perut, memberikan akses yang baik untuk pengangkatan apendiks.
- Rocky-Davis Insisi:
- Insisi horizontal lebih pendek yang memberikan akses langsung ke apendiks, sering digunakan untuk prosedur yang lebih sedikit invasif.
2. Antibiotik:
Penggunaan antibiotik penting untuk mencegah infeksi, terutama jika apendisitis telah menyebabkan komplikasi seperti perforasi atau gangren.
- Pada Apendisitis Gangrenosa/Perforata:
- Preoperatif: Antibiotik spektrum luas intravena diberikan untuk mengurangi infeksi pasca bedah, khususnya pada apendisitis yang rumit.
- Postoperatif:
- Diteruskan selama 24 jam tanpa komplikasi.
- Pada kasus apendisitis ruptur/abses, antibiotik diteruskan selama 5-7 hari.
- Pada apendisitis ruptur dengan peritonitis difus, antibiotik dilanjutkan selama 7-10 hari.
3. Pencegahan:
Untuk mengurangi kemungkinan apendisitis di masa depan atau komplikasi pada pasien, beberapa langkah pencegahan dapat diambil:
- Diet Tinggi Serat:
- Meningkatkan asupan serat dapat membantu mencegah sembelit dan mendukung fungsi pencernaan yang sehat, yang dapat mengurangi risiko sumbatan apendiks.
- Defekasi yang Teratur:
- Penting untuk memiliki kebiasaan buang air besar yang teratur untuk mencegah sumbatan pada usus dan apendiks, yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya apendisitis.
Penatalaksanaan yang tepat dan pemantauan pasca bedah yang cermat sangat penting untuk memastikan pemulihan pasien yang optimal dan menghindari komplikasi serius.
Komplikasi
Jika apendisitis akut tidak segera ditangani, dapat mengarah pada berbagai komplikasi serius yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Berikut adalah beberapa komplikasi yang umum terkait dengan apendisitis akut:
1. Perforasi (Pecahnya Apendiks)
Deskripsi:
Perforasi terjadi ketika apendiks yang meradang akhirnya pecah, melepaskan isi usus besar (seperti kotoran dan bakteri) ke dalam rongga peritoneum.
Risiko:
Ini dapat menyebabkan infeksi serius yang menyebar ke seluruh tubuh, termasuk peritonitis dan sepsis, yang sangat berbahaya bagi pasien.
2. Peritonitis
Deskripsi:
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan peritoneum, yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar dari apendiks yang pecah.
Gejala:
Pasien dengan peritonitis sering mengalami nyeri perut hebat, demam, kembung, dan penurunan tekanan darah yang dapat berujung pada kegagalan organ jika tidak segera diobati.
Penanganan:
Peritonitis membutuhkan penanganan medis segera dengan antibiotik spektrum luas dan sering kali memerlukan tindakan pembedahan untuk membersihkan rongga peritoneum dari bahan infeksi.
3. Masa Periependikuler (Abses Peri-Apendikular)
Deskripsi:
Ini adalah pembentukan abses (kantong nanah) di sekitar apendiks yang meradang atau setelah apendisitis pecah. Abses dapat terbentuk sebagai respons tubuh terhadap infeksi lokal.
Risiko:
Abses peri-apendikular dapat menyebabkan gejala terus-menerus seperti nyeri perut, demam, dan kelemahan, serta dapat memerlukan drainase bedah atau terapi antibiotik lanjutan.
Komplikasi ini menunjukkan pentingnya deteksi dini dan penanganan apendisitis akut untuk mencegah penyebaran infeksi dan meminimalkan risiko cedera serius pada tubuh.
Prognosis
Prognosis apendisitis akut sangat bergantung pada sejauh mana peradangan berkembang dan seberapa cepat penanganan medis dilakukan. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi prognosis pada pasien dengan apendisitis akut:
- Apendiktomi yang Dilakukan Sebelum Perforasi
Prognosis:
Jika apendisitis terdeteksi dan diobati dengan apendiktomi (pengangkatan apendiks) sebelum apendiks pecah (perforasi), prognosis pasien umumnya sangat baik. Pasien biasanya pulih dengan cepat dan memiliki risiko komplikasi yang rendah.
- Apendiks Perforasi/Gangrenosa
Prognosis:
Setelah operasi pada kasus apendisitis dengan perforasi atau gangrenosa, pasien masih berisiko mengalami infeksi, dengan sekitar 30% kasus menunjukkan adanya infeksi lanjutan. Infeksi ini bisa memerlukan pengobatan antibiotik lanjutan atau prosedur lebih lanjut, seperti drainase abses.
Namun, dengan penanganan yang tepat dan pengobatan yang cepat, prognosis dapat tetap baik.
- Serangan Berulang
Prognosis:
Jika apendiks tidak diangkat dalam kasus apendisitis akut, serangan berulang dapat terjadi. Apendiks yang tidak diangkat dapat kembali meradang, meningkatkan kemungkinan timbulnya apendisitis akut yang lebih parah atau komplikasi lain seperti perforasi. Oleh karena itu, apendektomi adalah solusi permanen untuk mencegah kekambuhan.
Secara keseluruhan, prognosis apendisitis akut cukup baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Namun, komplikasi dapat terjadi terutama pada kasus apendisitis gangrenosa atau perforasi, yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut.
Apendisitis Kronik
Apendisitis kronik adalah bentuk peradangan apendiks yang berlangsung lama, biasanya sebagai kelanjutan dari apendisitis akut supuratif yang tidak sembuh sepenuhnya. Peradangan ini terjadi akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah, serta adanya obstruksi parsial terhadap lumen apendiks.
Diagnosa Apendisitis Kronik
Diagnosis apendisitis kronik dapat ditegakkan jika pasien memiliki riwayat serangan nyeri berulang di daerah perut kanan bawah yang berlangsung lebih dari dua minggu.
Perubahan Histologis pada Apendiks
1. Dinding Apendiks
Dinding apendiks pada kasus apendisitis kronik mengalami penebalan. Proses ini terjadi akibat fibrosis pada sub mukosa dan muskularis propia.
2. Infiltrasi Sel Radang
Pada lapisan sub mukosa, muskularis propia, dan serosa, ditemukan infiltrasi sel radang berupa limfosit dan eosinofil yang mengindikasikan adanya peradangan kronis.
3. Pembuluh Serosa
Pembuluh darah pada serosa tampak dilatasi, yang merupakan indikasi adanya gangguan pada aliran darah akibat peradangan yang terus-menerus.
Apendisitis kronik sering kali terdiagnosis setelah mengalami serangan berulang. Akibatnya, kondisi ini biasanya memerlukan pengobatan lebih lanjut atau bahkan prosedur pembedahan untuk mengangkat apendiks, tergantung pada tingkat keparahan serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.